Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengulas Mengenai Manfaat Ganja Dalam Pengobatan Berbagai Macam Penyakit

Manfaat Ganja Dalam Pengobatan
Manfaat Ganja Dalam Pengobatan
Bagaimana perkembangan ganja medis di luar negeri ? Di luar negeri sendiri perkembangan ganja medis sudah sampai ke tahap penelitian untuk mencari tahu bagaimana tepatnya ganja bisa bermanfaat dalam penanganan masalah medis.

Beberapa daerah di luar negeri sudah mulai membuka apotek mereka untuk menjual produk herbal dan orang-orang sana sudah menggunakan obat herbal untuk menangani kondisi mereka. Dimana obat herbal seperti yang kita ketahui tidak memiliki efek samping yang buruk dibandingkan dengan obat kimia.

Ada beberapa alasan ganja medis mulai digunakan untuk pengobatan, yaitu:

Meredakan Mual

Perasaan mual bisa terjadi karena sedang perawatan kemoterapi atau mengalami mual sebagai gejala penyakit lain, maka untuk meredakan perasaan mual tersebut bisa menggunakan ganja medis. Dimana ganja medis terbukti mampu menangani perasaan mual tersebut dengan menstimulasi perut agar lebih tenang.

Tetrahidrokanabinol (THC) merupakan senyawa yang terdapat pada tanaman ganja, dimana THC tidak mengandung satu atom nitrogen saja seperti zat-zat yang terkandung pada tanaman lain.

THC memiliki mekanisme untuk mengikat reseptor otak agar bisa mengurangi rasa sakit dan perasaan tidak nyaman akibat mual dengan cara meningkatkan endocannabinoid dalam tubuh.

Mengutip review artikel dari Volkow et al., tahun 2014 menyatakan bahwa penggunaan THC dapat digunakan untuk pengobatan mual dan muntah yang terkait dengan kemoterapi. THC merupakan suatu agen antiemetik yang efektif pada pasien kemoterapi, dimana pasien sering mengatakan bahwa ganja lebih efektif dalam meredakan rasa mual.

Namun masih ada senyawa lain yang tidak teridentifikasi dalam ganja yang dapat meningkat efek THC (seperti pada kasus THC dan cannabidiol yang beroperasi melalui antiemetik dengan mekanisme yang berbeda).

Adapun efek samping dari penggunaan ganja secara berulang adalah terjadinya peningkatan muntah (hiperemesis) yang telah dilaporkan. 

Mampu Meredakan Rasa Sakit (Anti Inflamasi)

Penggunaan ganja bisa sebagai anti inflamasi yang dapat membantu meredakan rasa sakit dan peradangan.

Endocannabinoid terdapat secara alami di dalam tubuh dan berfungsi untuk mengatasi gejala yang tidak nyaman. Adapun senyawa cannabinoid dalam ganja terbukti dapat meningkatkan efek dari endocannabinoid dan meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap peradangan.

Dimana cannabinoid adalah suatu kandungan aktif yang terdapat dalam ganja atau sebelumnya sudah kita kenal dengan sebutan THCSenyawa THC dapat merangsang kemampuan tubuh dalam menyembuhkan penyakit, sehingga mempunyai aktifitas sebagai antikanker.

Kanabinoid (THC dan cannabidiol) memiliki aktifitas sebagai antiinflamasi dengan kemampuannya sebagai apoptosis, menghambat proliferasi sel, dan menekan produksi sitokin (Nagarkatti et al., 2009).  

Mampu Mengatasi Fibromyalgia

Penggunaan ganja medis menunjukkan bahwa pengobatan bisa berlangsung untuk membantu dalam menangani penyakit kronis. Salah satunya adalah penyakit fibromyalgia yang merupakan penyakit nyeri kronis dengan gejala rasa kaku, kelelahan, dan terkadang depresi. Pasien merasakan kelegaan setelah menggunakan ganja karena dapat meredakan nyeri.

Kanabidiol sebagai antiinflamasi menghasilkan efek psikoaktif yang kurang. Pada pengujian menggunakan model hewan telah menunjukkan bahwa cannabidiol merupakan kandidat yang bisa dipilih untuk pengobatan rheumatoid arthritis (Zuardi, 2008).

Meredakan Nyeri Penyakit Chron dan Masalah Gastrointestinal 

Penyakit Chron merupakan Penyakit radang usus kronis yang mempengaruhi lapisan saluran pencernaan dengan gejala sakit perut yang hebat dan diare.

Penggunaan ganja berhasil mengatasi nyeri yang diderita oleh beberapa pasien. Ganja media dapat mengendalikan dan menghentikan kejang dan nyeri yang berhubungan dengan penyakit gastrointestinal karena adanya sistem endocannabinoid.

Penggunaan ganja sebagai anti inflamasi dapat menangani penyakit nyeri saluran pencernaan seperti kolitis ulserativa dan penyakit Crohn (Parker et al., 2004).

Mampu Menangani Epilepsi

Beberapa studi menyatakan bahwa ganja dapat digunakan untuk menangani epilepsi. Studi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei yang ditujukan kepada orang tua yang menggunakan ganja dengan kandungan cannabidiol tinggi untuk mengobati epilepsi pada anak-anak

Dimana hasil yang diperoleh yaitu 11% (2 keluarga dari 19 yang memenuhi kriteria inklusi) menyatakan bahwa epilepsi dapat diatas sepenuhnya, 42% (8 keluarga) menyatakan bahwa terjadi penurunan frekuensi kejang lebih dari 80%, dan 32% (6 keluarga) menyatakan bahwa terjadi penurunan frekuensi kejang sebanyak 25 hingga 60% (Porter & Jacobson, 2013).

Namun data tersebut belum cukup untuk menyatakan keamanan dan kemanjuran dari penggunaan tumbuhan ganja sebagai pengobatan epilepsi (Kogan & Mechoulam, 2007). Kemudiaan terdapat data penelitian kembali yang menunjukkan peran cannabidiol sebagai antiepilepsi pada model hewan uji (Hill et al., 2013).

Mampu Mengatasi Multiple Sclerosis

Multiple sclerosis merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung saraf.

Nabiximols (Sativex, GW Pharmaceuticals) merupakan suatu obat yang dibuat menjadi sediaan semprotan oromucosal yang terdiri dari campuran THC dan cannabidiol yang digunakan untuk pengobatan nyeri neuropatik, gangguan tidur, dan spastisitas pada pasien dengan multiple sclerosis (Colin et al., 2007).

Saat ini sedang menjalani uji coba fase 3 di Amerika Serikat untuk mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration (Contonze et al., 2009).

Mampu Mengatasi Glaucoma

Penggunaan ganja pada pasien glaukoma (penyakit yang berhubungan dengan peningkatan tekanan pada mata) menghasilkan kemampuan untuk mempengaruhi penurunan sementara tekanan intraokular, walaupun perawatan standar lainnya saat ini lebih efektif.

THC, cannabinol, dan nabilone (sejenis cannabinoid sintetik THC) telah terbukti dapat menurunkan tekanan intraokular pada model hewan uji coba. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menetapkan apakah molekul yang memodulasi sistem endocannabinoid tidak hanya dapat mengurangi tekanan intraokular, namun juga berperan sebagai pelindung saraf pada pasien glaukoma (Volkow et al., 2014).

Penutup

Walaupun ganja memiliki segudang manfaat untuk pengobatan, namun adanya penyalahgunaan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab membuat ganja ini dipandang negatif oleh orang.

Saya juga menyarankan teman-teman semua untuk membaca Dampak Buruk Kecanduan Narkoba untuk menambah wawasan, sehingga penulisan mengenai ganja menjadi berimbang karena kita sudah mengetahui apa saja manfaat yang terdapat pada ganja dan apa saja dampak buruknya.

Tentu saja hal tersebut bisa kita nilai apakah ganja ini bisa berperan besar di kehidupan masa yang akan datang dan ada peraturan baru di Indonesia yang mengatur mengenai ganja medis ini ? Mari kita tunggu.

Demikian informasi seputar manfaat ganja dalam pengobatan berbagai macam penyakit. Nantikan informasi selanjutnya di blog sehat bersama takiman. 


Daftar Pustaka

Volkow, N. D., Baler, R. D., Compton, W. M., & Weiss, S. R. 2014. Adverse health effects of marijuana use. New England Journal of Medicine. 370(23), 2219-2227.

Nagarkatti, P., Pandey, R., Rieder, S. A., Hegde, V. L., & Nagarkatti, M. 2009. Cannabinoids as novel anti-inflammatory drugs. Future medicinal chemistry. 1(7). 1333-1349.

Zuardi, A. W. 2008. Cannabidiol: from an inactive cannabinoid to a drug with wide spectrum of action. Brazilian Journal of Psychiatry. 30(3), 271-280.

Parker, L. A., Kwiatkowska, M., Burton, P., & Mechoulam, R. 2004. Effect of cannabinoids on lithium-induced vomiting in the Suncus murinus (house musk shrew). Psychopharmacology. 171(2), 156-161.

Porter, B. E., & Jacobson, C. 2013. Report of a parent survey of cannabidiol-enriched cannabis use in pediatric treatment-resistant epilepsy. Epilepsy & Behavior. 29(3), 574-577.

Kogan, N. M., & Mechoulam, R. 2007. Cannabinoids in health and disease. Dialogues in clinical neuroscience. 9(4), 413. 

Hill, T. D. M., Cascio, M. G., Romano, B., Duncan, M., Pertwee, R. G., Williams, C. M., ... & Hill, A. J. 2013. Cannabidivarin‐rich cannabis extracts are anticonvulsant in mouse and rat via a CB1 receptor‐independent mechanism. British journal of pharmacology. 170(3), 679-692.

Collin, C., Davies, P., Mutiboko, I. K., Ratcliffe, S., & Sativex Spasticity in MS Study Group. 2007. Randomized controlled trial of cannabis‐based medicine in spasticity caused by multiple sclerosis. European journal of neurology. 14(3), 290-296.

Centonze, D., Mori, F., Koch, G., Buttari, F., CodecĂ , C., Rossi, S., ... & Battistini, L. 2009. Lack of effect of cannabis-based treatment on clinical and laboratory measures in multiple sclerosis. Neurological Sciences. 30(6), 531.

Posting Komentar untuk "Mengulas Mengenai Manfaat Ganja Dalam Pengobatan Berbagai Macam Penyakit"