Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Laporan Praktikum Mengenai Berbagai Metode Ekstraksi

Hasil Pemekatan Metode Ekstraksi | Dokumentasi Pribadi
Hasil Pemekatan Metode Ekstraksi | Dokumentasi Pribadi

Pada kesempatan kali ini saya kembali membagikan hasil pengerjaan laporan praktikum mata kuliah Fitokimia mengenai Ekstraksi, dimana laporan ini bisa digunakan sebagai bahan bacaan buat sobat takiman semua yang sedang menyelesaikan tugasnya maupun keperluan lainnya terkait ekstraksi. Semoga dengan adanya laporan tersebut dapat membantu sobat Takiman semua dan menambah wawasan kita bersama, follow blog sehat bersama takiman untuk menanti update informasi menarik lainnya ya. Selamat membaca :)

BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat melakukan penyarian metabolit sekunder dari simplisia tumbuhan obat dengan beberapa metode ekstraksi.

Dasar Teori

Ekstraksi

Ektraksi adalah penarikan zat produk yang diinginkan dari bahan mentah obat denggan menggunkan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipillih berdasarkan kemampuan dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Metode ekstraksi menggunakan pelarut dapat dibedakan menjadi cara panas dan cara dingin (Ansel, 2005).

Ektraksi bahan alam terutama yang akan digunakan untuk obat padat yang dilakukan dengan cara perebusan, penyeduhan, maserasi, perkolasi atau cara lain yang sesuai sifat bahan alam yang diektraksi. Dalam suatu pemisahan yang ideal oleh ekstraksi pelarut seluruh zat yang diinginkan akan berakhir dalam suatu pelarut sedangkan zat-zat yang diinginkan berada pada pelarut yang lain. Ektraksi ganda merupakan satu teknik pemisahan yang lebih akurat dibandingkan ektraksi tunggal (Jayaprakasha, 2002).

Pemilihan pelarut merupakan faktor yang menentukan dat ektraksi. Pelarut yang digunakan dalam ektraksi harus dapat menerima komponen aktif dari campuran. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut adalah selektivitas sifat pelarut kemampuan untuk mengestraksi, tidak bersifat racun, mudah diuapkan dan harus relativ murah (Gamse, 2002).

Maserasi

Maserasi adalah salah satu jenis metode ektraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ektraksi dingin jadi pada metode ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali, sehingga maserasi merupakan teknik ektraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (hamdani 2014).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (afifah 2012 ).

Prinsip kerja maserasi adalah pengikat pelarut zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suati pelarut (like dissolved like) langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam wadah menggunakan pelarut penyari tertenti selama beberapa hari sambil  sekali diaduk. Lalu saring dan diambil beningnya. Pelarut tersebut ada yang bersifat "bisa bercampur dengan air" (contohnya air sendiri ) yang disebut pelarut polar ada juga pelarut yang bersifar tidak campur air contoh aseton,etil asetat disebut pelarut nonpolar. Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari, selama beberapa hari pada suhu kamar terlindung dari cahaya metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang komponen kimianya mudah larut dalam cairan penyari tidak mengandung bemzenoid, tiraks dan lilin. (Abdul, 2007). 

Soxhletasi

Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan senyawa komponen yang terdapat  dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang sama sehingga semua komponen dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut yang digunakan ada 2 jenis yaitu heksana untuk sampel kering dan sampel basah jadi pelarut yang digunakan tergantung dari sampel alam yang digunakan. Nama lain yang di gunakan sebagai pengganti soklethasi adalah pengestrakan berulang-ulang dari smapel pelarut (Rahman, 2012).

Soxhletasi atau soxhlet adalah penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari didalam labu alas bulat dipanaskan sehingga menguap dan uap cairan penyari mengembun menjadi molekul-molekul oleh pendingin balik dan jatuh kedalam selongsong membasahi sel simplisia sambil mengetraksi zat aktif yang ada didalam sel-sel simplisia dan selanjutnya masuk kembalike labu alas bulat setalah melalui pipa kapiler (sifon), proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif yang sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyarii yang melalui pipasifon (sekitar 20-25 kali sirkulasi) atau jika diindentifikasi dengan kromatografi lapis tipis menampakan noda lagi (Irawan, 2010). ). Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90°c selama 15 menit (Yashito, 2006).

Lauraceae

Lauraceae adalah tanaman tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya kayu besi atau kayu ulin dari Eusiderorylon mvageri untuk bahan bangunan, kayu massoi dan Cryptocarya massoy untuk bahan obat, kayu manis dari Cinnatnomum burmani untuk rempah-rempah, buah adpokat dan Persea americana sebagai buah-buahan, dan sebagainya. Beberapa di antrara tanaman ini telah dieksploitasi secara berdaya guna sehingga hampir mengalami kepunahan. Lauraceae dikenal pula sebagai salah satu famili tanaman yang kaya akan alkaloid. Penelitian terdahulu terhadap genus Litsea, salah satu genus terbesar di antara 31 genera dari famili Iauraceae, yang telah berhasil mengungkapkan sejumlah alkaloid dari jenis benzilisokuinolin, aporfin, dan morfinan (Arifin, 1990: 1).

Kalangkala

Kalangkala dengan nama lain litsea angulate merupakan salah satu spesies dari genus litsea yang termasuk kedalam family lauracea. Sinonim dari tumbuhan ini yaitu Lepidadenia kawakamii (hayata) masam, Litsea aurea kosterm. Litsea kawakamii hayata, tetradenia tawakamii (hayata) masam, nemoto mantan makono dan nemoto. Spesies ini berasal dari daerah Sarawak dan sabah barat daya di Malaysia, Kalimantan di indonesia dan di Filipina. Dikalimantan ditemukan di seluruh pulau (T.k Lim, 2012 : 75).

Beberapa peneliti melakukan penelitian pada tiap bagian tanaman kalangkala, baik pada buahnya, daun dan maupun biji. Pada penelitian sebelumnya dengan judul skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Kalangkala (Litsea angulata) yang diteliti pada bulan Juli 2010, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia pada biji kalangkala. Dimana sebagian besar masyarakat Kalimantan selatan menggunakkan biji buah kalangkala diduga memiliki aktivitas biologi sebagai antibakteri. Kandungan kimia yang diuji pada penelitian ini adalah alkaloid, tripenoid, steroid, flavonoid, tannin dan saponin. Adapun dari hasil penelitian menunjukan bahwa biji kalangkala mengandung komponen kimia yakni alkaloid dan tannin (Mustikasari, 2010 : 131-135).

Penurunan parameter motilitas dan kecepatan gerak spermatozoa akibat pemberian ekstrak biji buah kalangkala diduga disebabkan oleh adanya zat aktif dalam biji buah kalangkala yang bersifat sitotoksis atau mempunyai efek spermisida terhadap spermatozoa. Sebagaimana disebutkan dalam penelitian sebelumnya oleh Mustikasari dan Aryiani (2010), bahwa dalam ekstrak biji buah kalangkala banyak mengandung tannin yang dapat bersifat sitotoksis. Dalam hal ini diduga zat tannin menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa melalui efek sitotoksis ini. Selain itu diketahui pula, tannin dapat bersifat astringent sehingga dapat berpengaruh terhadap permeabilitas membran, karena dapat menyebabkan pengerutan membran sel (Akmal, 2016 : 19).

Penelitian lain pada tumbuhan kalangkala ini juga terdapat pada jurnal Nutritional Content, Antioxidant and Antibacterial Activities of  Litsea Garciae, yang dikeluarkan pada tahun 2013. Pada  penelitian tersebut bertujuan untuk menguji kandungan nilai gizi, antioksi dan aktivitas antibakteri. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa L.Garciae adalah sumber karbohidrat dan protein yang baik. Selain itu, hal ini juga menunjukkan aktivitas lemah terhadap antioksidan dan antibakteri. Studi fitokimia pada tanaman ini sedang dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif. Hasil awal menunjukkan bahwa L. garciae kaya akan asam stearat. Asam lemak jenuh umum ini berasal dari tumbuhan dapat digunakan dalam produksi sabun dan kosmetik biodegradable seperti produk sampo dan krim cukur (Junaidi,2013 : 115).

 BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

Alat dan Bahan

1. Alat 

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, botol, batang pengaduk, beker gelas 50ml, beker gelas 100 ml, cawan penguap, ekstraktor soxhlet, hot plate, jerigen, kain flanel, panci infusa, rotary evaporator

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah etanol, sampel (Litsea Angulata), aquadest, 

Cara Kerja

Pembuatan simplisia

- Mengumpulkan daun kalangkala yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang besar. Menimbang daun kalangkala sebanyak 1 kilo

- Mensortasi basah daun kalangkala dipisahkan dari kotoran atau pengotor dan bahan asing lainnya dari bahan simplisia

- Mencuci dan kalangkala dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan pengotor yang masih menempel

- Merajang daun kalangkala yang telah dicuci dengan alat pemotong dan memperoleh potongan dengan ukuran yang dikehendaki

- Mengeringkan daun kalangkala yang telah dirajang menggunakan sinar matahari

- Mensortasi kering untuk memisahkan sisa-sisa benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain

- Menimbang simplisia yang sudah kering 

- Memblender simplisia agar menjadi serbuk

- Memasukan simplisia  yang sudah kering kedalam wadah tertutup rapat 

- Menyimpan simplisia pada tempat dengan suhu udara dan kelembapan ruangan 

Ektraksi Menggunakan Metode Maserasi

- Menyiapkan alat dan bahan

- Memasukkan simplisia ke dalam bejana maserasi

- Memasukan etanol 70% atau 90 % secukupnya dilebihkan 2 jari dari tanaman. Didiamkan selama 24 jam sambil diaduk  setiap 6 jam 

- Mendapatkan ekstrak cair kemudian ekstrak diulang sampai ekstrak cair yang diperoleh hamper tidak berwarna

- Mengukur volume ekstrak cair yang diperoleh  kemudian dipekatkan dengan retavator pada suhu 30-40℃ sehingga diperoleh ekstrak kental.

Ektraksi Menggunkan Metode Soxhletasi

- Menimbang simplisia yang telah dihaluskan 

- Menyiapkan alat soxhletasi yag digunakan mengektraksi senyawa yang berada disampel

- Membungkus daun kalangkala sebanyak 25 gram menggunakan kertas saring, ukurannya disesuaikan dengan alat soxhletasi 

- Mengikat simplisia yang telah dibungkus agar sampel tidak berhamburan

- Memasukan sampel kedalam alat soxhletasi 

- Memasukkan pelarut etanol 95%  pada labu alas bulat dan nyalakan heating mantle  sampai suhu mencapai titik didih pelarut 

- Mengekstrak simplisia sampai tetesan pelarut hamper tidak berwarna. Kemudian hasil ekstrak dipekatkan dengan rotavapor sehingga mendapatkan ekstrak kental 

Ektraksi Menggunakan Metode Infusa

- Menyiapkan alat dan bahan

- Menimbang simplisia sebanyak 25 gram 

- Memasukan air kedalam panic A secukupnya 

- Masukan air kedalam panci infusa B 200 ml ditambahkan simplisia yang ditimbang 25 gram

- Meletakan panci infusa diatas kompor sampai suhu 90℃ tunggu sampai 15 menit (pada suhu 90℃)

- Menyaring dengan kain flanel lalu hitung volumenya

BAB III
HASIL PERCOBAAN

Pembuatan Simplisia

Pembuatan Simplisia 1
Pembuatan Simplisia 1
Pembuatan Simplisia 2
Pembuatan Simplisia 2

Ekstraksi Menggunakan Metode Sokhletasi

Metode Sokhletasi 1
Metode Sokhletasi 1

Metode Sokhletasi 2
Metode Sokhletasi 2

Metode Sokhletasi 3
Metode Sokhletasi 3
Perhitungan Randemen
Diket :
Berat cawan kosong 54,85 gram
Berat cawan + ekstrak 56,32 gram
Berat ekstrak simplisia = Berat (cawan + ekstrak) – Berat cawan kosong
                                             = 56, 32 – 54, 85
                                             = 1, 47 gram
Randemen = Berat Ekstrak/Berat Simplisia kering x 100%
                      = 1,47 gram/25 gram x 100%
                      = 5,88 %

Ekstraksi Menggunakan Metode Maserasi

Metode Maserasi 1
Metode Maserasi 1

Metode Maserasi 2
Metode Maserasi 2
Perhitungan Randemen
Diketahui  : 
Berat cawan kosong 61,11 gram
Berat cawan + ekstrak    73,33 gram
Berat   Ekstrak simplisia = Berat (cawan + ekstrak) – Berat cawan kosong
                                               = 61,11 – 73,33
                                               = 12,22 gram
Randemen = Berat Ekstrak/Berat Simplisia kering x 100%
                      = 12,22 gram/100 gram x 100%
                      = 12,22 %

Infusa

Infusa 1
Infusa 1

Infusa 2
Infusa 2

Infusa 3
Infusa 3
Diket : 
Berat simplisia kering 25 gram
Air 1/10                       = 250 ml 
Air ekstrak 25 gram x 2   = 50 ml
Jadi total air yang dimasukan = 250ml + 50 ml = 300 ml
Konsentrasi infusa = Berat simplisia/volume air ekstrak x 100%
                                     = 25 gram/50 ml x 100%
                                     =50%

Rotary

Rotary 1
Rotary 1

Rotary 2
Rotary 2

BAB IV
PEMBAHASAN

Menurut Farmakope edisi IV simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikerigkan.

Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent. Dengan kata lain terjadi pemisahan fisika berdasarkan prinsip beda konsentrasi dan beda kelarutan.

Hasil yang didapatkan kemudian dipisahkan menjadi dua bagian yaitu ekstrak dan rafinat.  Ekstrak tersebut mengandung solut dan pelarut, sedangkan rafinat mengandung inert, sisa pelarut dan sisa solute.

Pada praktikum kali ini membahas tentang ekstrak dari tanaman kalangkala (Litsea Garcia/Litsea aurea). Kalangkala termasuk dalam family lauraceae yang sering kali dijumpai di sepanjang sungai atau perbukitan pada tanah berpasir sampai pada tanah liat. Tanaman ini terdiri dari batang, daun dan buah, dimana buahnya saat matang berwarna merah muda yang dapat juga dikonsumsi.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara ekstraksi dan membandingkan hasil ekstrak daun kalangkala dengan menggunakan metode tahan panas/ekstraksi cara panas yaitu sokletasi dan ekstraksi dingin yaitu maserasi, serta mempelajari cara pembuatan infusa dari simplisia daun kalangkala. Berat daun kalangkala yang didapatkan yaitu 1 kg yang kemudian nantinya akan digunakan untuk maserasi sebanyak (100 gram), sokhletasi (25 gram), dan infusa (25 gram).

Praktikum yang telah dilakukan yaitu pertama pembuatan simplisia dari daun kalangkala, pada tahap pertama dilakukan pengumpulan daun kalangkala yang didapatkan di daerah Binuang, Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan pada pukul 07:00 WITA.

Adapun bagian yang diambil sebagai ekstrak pada praktikum ini adalah bagian daunnya yang berwarna hijau. Pada tahap selanjutnya dilakukan sortasi basah yang bertujuan untuk memisahkan pengotor berupa kerikil dan bagian tanaman yang lain. Kemudian dilakukan pencucian dengan air bersih yang mengalir, lalu dilakkukan perajangan yang bertujuan memperkecil ukuran daun agar penguapan air semakin cepat sehingga dapat mempercepat waktu pengeringan.

Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan perajangan daun kalngkala  dikeringankan di bawah sinar matahari dari pukul 08:00-10:00 WITA, menurut Harborne dalam jurnal yang dibahas oleh Kamila dan Ariyani tentang Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Kalangkala (Litsea Angulata) tujuan pengeringan simplisia adalah untuk mengurangi kadar air pada tumbuhan agar mendapatkan simplisia yang awet dan tidak rusak sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif aman.

Pada tahap selanjutnya simplisia dari daun kalangkala di sortasi kering yang bertujuan untuk memisahkan sisa-sisa benda asing (bagian tanaman) yang masih tertinggal pada saat pengeringan sebelumnya. Simplisia dari daun kalangkala yang telah melewati tahapan sortasi kering kemudian disimpan didalam wadah plastik tertutup kedap untuk menjamin mutu simplisia agar tetap baik.

Pada pembuatan ekstraksi simplisia daun kalangkala dengan metode sokletasi (sinambung), ekstraksi simplisia dengan metode sokletasi merupakan ekstraksi padat-cair yang tahan terhadap pemanasan.

Menurut Nazarudin dalam jurnal yang dibahas oleh Sudaryanto yang berjudul Aktivitas Antioksidan Pada Minyak Biji Kelor (Moringa Oleifera L.) dengan Metode Sokletasi Menggunakan Pelarut N-Heksan, Metanol Dan Etanol mengatakan bahwa metode ekstraksi sokletasi adalah sejenis ekstraksi dengan pelarut cair organik yang dilakukan secara berulang-ulang pada suhu tertentu dengan jumlah pelarut tertentu, dimana pelarut yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kepolaran ekstrak yang ingin diperoleh. 

Pada tahap pertama sokletasi, simplisia daun kalangkala ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian dirangkailah alat ekstraksi (sokhlet extractor). Simplisia yang telah ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring lalu diikat dan ukurannya disesuaikan dengan alat soklet.

Pada tahap selanjutnya simplisia yang telah dibungkus dan telah dimasukkan kedalam alat soklet ditambahkan pelarut ethanol 70% sebanyak 250 ml. Alasan dipilihnya larutan etanol sebagai pelarut pada ekstraksi daun kalangkala ini adalah karena menurut Tamzil Azis dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Persen Yield Alkaloid Dari Daun Salam India (Murraya Koeningii) menjelaskan bahwa ethanol cocok digunakan dalam mengekstrak bahan kering , daun-daunan, batang dan akar.

Selain itu ethanol juga merupakan pelarut yang ekonomis, serta memiliki tingkat polaritas yang yang tinggi dan mempunyai titik didih yang rendah sehingga, aman, tidak beracun dan tidak berbahaya. Penyarian dilakukan sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi.Ekstrak cair yang didapatkan kemudian dipekatkan diatas tangas air sampai diperoleh ekstrak kental.

Ekstraksi simplisia dengan metode sokletasi ini sendiri memiliki keuntungan karena ekstraksi yang dilakukan tidak perlu menunggu berhari-hari dalam menghasilkan ekstrak (hanya memerlukan waktu kurang dari 24 jam). Hasil ekstrak kental daun kalangkala dengan metode sokletasi ini menghasilkan rendemen sebesar 5,88 % dengan 6 kali siklus.

Menurut Arif Wahyu Prasetiyo dalam jurnal yang berjudul Ekstraksi Oleo Resin Jahe (Zingiber Officinale, Rosc.) dengan Metode Ekstraksi Sokhletasi menjelaskan bahwa jumlah siklus ekstraksi dapat mempengaruhi rendemen yang didapat, yang artinya semakin banyak jumlah sirkulasi pada ekstraksi sokletasi maka semakin banyak randemen yang diperoleh, hal ini diduga disebabkan semakin banyak terjadinya siklus maka proses pemisahan akan maksimal.

Selain itu menurut Jayanudin dalam jurnal yang dibahas Arif Wahyu Prasetiyo diatas menjelaskan bahwa meratanya distribusi pelarut kepadatan akan memperbesar randemen yang dihasilkan.

Pada metode pembuatan ekstraksi dingin dari simplisia daun kalangkala yaitu maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM : 1986).

Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin, stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).

Metode maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan dimaserasi direndam dalam  Pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada  pertemuan antara  zat  aktif  dan  penyari  itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif (100%), sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif didalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel.

Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif didalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%. Dari hasil perhitungan % randemen didapatkan hasil yaitu 12,22%.

Pada pembuatan selanjutnya yaitu infusa dari simplisia daun kalangkala. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit.

Tahap pertama pembuatan infusa adalah dilakukan penimbangan simplisia sebanyak 25 gram, kemudian pada panci A dimasukkan air dengan secukupnya sedangkan pada panci B dimasukkan air sebanyak 300 mL bersamaan dengan simplisia yang sudah ditimbang sebelumnya.

Tahap selanjutnya yaitu dilakukan pemanasan di atas kompor sampai suhu nya mencapai 900 C dan ditunggu selama 15 menit (pada suhu yang konstan/900 C). Tahap terakhir yang dilakukan adalah penyaringan dengan kain flanel dan di hitung volume nya.

Dari pembuatan infusa hasil perhitungan konsentrasinya adalah dengan 50%, berdasarkan literatur yang menyebutkan bahwa pembuatan infusa sendiri mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan metode pembuatan ekstrak, karena pembuatan infusa lebih murah, lebih cepat dan alat serta cara nya yang sederhana. Sedangkan dalam metode pembuatan ekstrak lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan pembuatan infusa (Santoso, 1993).

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan 

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan yaitu randemen ekstrak daun kalangkala yang didapat pada metode sokletasi  dalam 25 gram bobot simplisia kering,  randemen yang didapat sebesar  5,88 % dengan 6 kali siklus. Sedangkan pada maserasi sebesar 12,22% dari 100 gram bobot simplisia dan pada infusa didapatkan konsentrasi infusa sebesar 50% dari 25 gram bobot simplisia.

Saran 

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hasil ekstrak yang telah didapatkan, untuk melihat kandungan senyawa berkhasiat dari daun kalangkala (Litsea Angulata).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Afifah, E.N. 2012. Pengunaan Penandaan Molekuler Untuk Mempercepat dan   Mempermudah Perbaikan Kualitas Tanaman (Camellia sinsesis(L) O. Kuntze). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Akmal, Rommy. 2016. The  Spermicide effect From Methanol Extract of  Klangkala Seed (Litsea Angulata) to Spermatozoa Mice (Mus Musculus)  Vol 2. Banjarbaru: Journal of Agromatozoa and Medical Sciences. Hal 18

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.Edisi 4. Jakarta: UI Press

Arifin, Sjamsul.A.1990. Ilmu Kimia Tanaman Lauraceae Indonesia Aktinodafnin  dan Boldin dari Litsea Glutinosa. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Azis, Tamzil, Sendry Febrizky & Aris D. Mario. 2014. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Persen Yield Alkaloid Dari Daun Salam India (Murraya Koeningii). Palembang :  Universitas Sriwijaya. 20(2) : 2-4. 

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.

Gamse,T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-liquid Extraction.Graz:  University of Tecnology

Hamdani, J.S. 2014. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil  Tiga Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L) yang ditanam di dataran medium. Agron Indonesia  37(1).

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokima Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro. Bandung : Penerbit ITB.

Jayanudin, Lestari, A. Z., Nurbayanti F. 2014. Pengaruh Suhu Dan Rasio Pelarut Ekstraksi Terhadap Rendemen Dan Viskositas Natrium Alginat Dari Rumput Laut Cokelat (Sargassum Sp). Jurnal Integrasi Proses. 5(1) : 51-55.

Jayaprakasha, GK. 2002. Improved HPLC Menthol fot the Determination of  Curcumin, Demetharycurcumin and Bisdemethoxycurcumin. J. Agric, 
Food Chem, 503668-3672.

Junaidi, Clifford Kutoi. 2013. Nutritional Content, Antioksidant and Antibacterial Activiteis of Litsea Garciae Vol 4. Malaysia: The Open Conference Proccedings Journal. Hal 115.

Mustikasari, Kamilia dan Dahlena Ariyani. 2010. Skrininng Fitokimia Ekstrak Metanol Biji Kalangkala (Litsea Angulata) Vol 4. Banjarbaru: Program Studi Kimia FMIPA Unlam. Hal 131-136

Nazarudin. 1992. Pengembangan Minyak Biji Karet Di Indonesia. Surabaya : Indonesia Press.    
Santoso, S. 1993. Perkembangan Obat Tradisional Dalam Ilmu Kedokteran di Indonesia dan Upaya Pengembangannya Sebagai Obat Alternatif, Jakarta : FKUI.

Sudaryanto, Totok Herwanto & Selly Harnesa Putri. 2016. Aktivitas Antioksidan Pada Minyak Biji Kelor (Moringa Oleifera L.) Dengan Metode Sokletasi Menggunakan Pelarut N-Heksan, Metanol Dan Etanol. Bandung : Universitas Padjadjaran. 10 (2) : 16-21.

T. K. Lim. 2012. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants Vol 3.London New York .Springer Dordrecht Heidelberg. Hal 75-77.

Wahyu, Arif  Prasetiyo, Wignyanto & Arie Febrianto Mulyadi. 2015. Ekstraksi oleo resin jahe (zingiber officinale, Rosc.) dengan metode ekstraksi sokletasi. Malang : Universitas Brawijaya.

Yoshito, Takeuchi. 2006. Buku Pengantar Kimia. Tokyo: Iwanani Shotem

Posting Komentar untuk "Laporan Praktikum Mengenai Berbagai Metode Ekstraksi"