Laporan Praktikum Mengenai Formulasi dan Evaluasi Emulsi | STIKES Borneo Lestari
Doc. Pribadi |
Laporan Formulasi dan Evaluasi Emulsi STIKES Borneo Lestari
Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan laporan praktium yang pernah saya kerjakan sewaktu kuliah Teknologi Farmasi Liquid dan Semi Solid (TSLSS) pada tahun 2016 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru. Semoga dengan adanya laporan ini bisa menambah wawasan kita bersama dan dapat membantu Sobat Takiman semua dalam menyelesaikan tugas maupun penulisan terkait Formulasi dan Evaluasi Emulsi. Ikuti perkembangan blog ini ya dengan cara Follow Blog untuk memperoleh berbagai macam informasi menarik lainnya. Selamat Membaca
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula
2. Mahasiswa dapat memproduksi emulsi
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi emulsi
2. Mahasiswa dapat memproduksi emulsi
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi emulsi
Dasar Teori
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (DepKes RI, 1979).
Sebuah emulsi adalah sediaan cair yang mengandung dua cairan bercampur, salah satunya tersebar sebagai butiran globul ke lainnya. Cairan yang dipecah menjadi tetesan disebut tersebar fase atau fase internal dan cairan yang butiran tersebar dikenal sebagai kontinyu atau fase eksternal (Shukla, 2010).
Ketika dua cairan bercampur digunakan untuk menyiapkan seperti farmasi, obat senyawa itu sangat sulit untuk membuat mereka sebagai fase tunggal untuk waktu yang lama karena ketiga substansi surfaktan ditambahkan ke sistem. Sebuah zat aktif permukaan (surfaktan) memiliki sekitar rasio yang sama antara polar dan bagian non-polar dari setiap molekul (Shukla, 2010).
Kapan ditempatkan dalam sistem minyak-air, kelompok polar tertarik atau mengarahkan polar air dan kelompok non-polar yang berorientasi minyak. Molekul surfaktan menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air serta membentuk stabil fase surfaktan diklasifikasikan sebagai kationik berdasarkan jenis polar kelompok pada surfaktan (Shukla, 2010).
Emulsi adalah yang paling polar karena toksisitas yang rendah, kemampuan untuk disuntikkan langsung ke dalam tubuh, dan kompatibilitas dengan banyak bahan obat. Emulsi kationik juga digunakan dalam tertentu produk karena sifat antimikroba mereka (Shukla, 2010).
Komponen Emulsi
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Komponen dasar, dimana komponen dasar adalah pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi yang terdiri dari :
- Fase dispers / fase internal / fase discontinue, yaitu zat cair yang terbagi – bagi menjadi butiran kecil ke dalam zat cair lain.
- Fase Kontinue / fase eksternal / fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( pendukung ) dari emulsi tersebut.
- Emulgator, merupakanbagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi
2. Komponen tambahan
Corigen saporis, corigen odoris, corigen coloris, preservative, antioksidan (Syamsuni, 2007).
Digunakan larutan agar–agar sebagai emulgator karena viskositas larutannya yang tinggi, maka itu penggunaannya sebagai emulgator lain seperti PGA, Span, Tween, dan Tragakan. Setelah dibuat larutan lalu dibuat emulsi dengan minyaknya dengan diaduk kuat–kuat dengan mixer (alat pencampur) (Anief, 2010).
Ketidakstabilan dalam Emulsi
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Flokulasi dan Creaming
Merupakan pemisahan dari emulsi beberapa lapis cairan, dimana masing-masing lapis mengandung fase dispers yang berbeda.
2. Koalesen dan Cracking
Proses cracking (pecahnya emulsi) bersifat tidak dapat kembali.
3. Inversi
Peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau sebaliknya (Anief, 2010).
Macam-Macam Emulsi
Macam-macam emulsi yaitu :
1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir (Syamsuni, 2007).
Tipe Emulsi
Tipe-tipe emulsi :
1. Tipe emulsi O/W atau M/A : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
2. Tipe emulsi W/O atau M/A : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal (Syamsuni, 2007).
Monografi Bahan
1. Paraffinum liquidum (DepKes RI, 1979)
Sinonim : Paraffin cair
Golongan : Obat bebas
Khasiat : Laksativum
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut dalam
kloroform dan eter.
Kekentalan : Pada suhu 37,8°C tidak kurang dari cP
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
2. Pulvis Gummi Arabicum (DepKes RI, 1979)
Sinonim : Gom Arab
Golongan : Obat bebas
Khasiat : Zat tambahan
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar seperti lender
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental
dan tembus cahaya, tidak larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Tragakan (DepKes RI, 1995)
Sinonim : Tragacanth
Golongan : Obat bebas
Khasiat : Zat tambahan
Pemerian : Tidak berbau, hampir tidak berasa.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi massa homogen, lengket dan seperti gelatin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
4. Oleum Anisi (DepKes RI, 1979)
Sinonim : Minyak Adasmanis
Golongan : Obat bebas
Khasiat : Zat tambahan
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau warna kuning pucat, bau menyerupai buahnya, rasa manis dan aromatik, menghablur jika didinginkan.
Kelarutan : Larut dalam etanol 95%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindungi dari cahaya. Jika hablur, sebelum digunakan harus dipanaskan hingga mencair.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Formula Sediaan
R/ Paraffin liq. 3 gr
P.G.A 3 gr
Tragakan 200 mg
Oleum anisi qs
Aquadest ad 50 ml
Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, mortir dan stamper, batang pengaduk, Cawan petri
2. Bahan yang digunakan adalah paraffin liquid, PGA, tragakan, oleum anissi, aquadest
Cara Kerja
1. Korpus emulsi dibuat dengan melarutkan P.G.A menggunakan air (1,5 bobot P.G.A) gerus cepat kemudian ditambahkan tragakan, gerus homogen.
2. Setelah korpus emulsi jadi, dicampurkan paraffin liquidum dan oleum anisi sambil diaduk pelan–pelan.
3. Dispersikan campuran dengan air dalam botol, aduk sampai homogen.
4. Dikemas dan diberi etiket pada botol kemasan obat.
Evaluasi Sediaan
Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi :
1. Uji Pemerian yaitu warna, rasa, bau
2. Pemeriksaan BJ
- Timbang piknometer kosong (W pikno).
- Isi piknometer kosong dengan aquadest hingga penuh, kemudian timbang (W pikno+air).
- Hitung selisih antara W pikno+air dan W pikno, sehingga didapatkan W air. Kemudian bagi W air dengan massa jenis air sehingga didapatkan volume air (W air).
- Masukkan larutan sirup dari masing masing formula ke dalam piknometer kosong, kemudian timbang (W pikno+emulsi).
- Hitung selisih antara W pikno+emulsi dan W pikno sehingga di dapatkan W emulsi.
- Bagi W emulsi dengan W air sehingga diperoleh massa jenis emulsi.
- Kemudian bagi massa jenis emulsi dengan massa jenis air, sehingga diperoleh berat jenis emulsi.
3. Pemeriksaan pH
- Dituangkan emulsi masing–masing dalam gelas 20 mL.
- Diukur pH menggunakan pH meter dengan cara mencelupkannya ke dalam emulsi.
4. Volume Terpindahkan
- Dimasukkan emulsi yang telah dibuat kedalam botol 60 mL yang telah dikalibrasi sebanyak 50 mL.
- Dituangkan emulsi dari dalam botol ke dalam gelas ukur 100 mL.
- Diamati volume terpindahkan dari sediaan emulsi yang telah dibuat.
5. Pemeriksaan Viskositas
- Ukur viskositas emulsi menggunakan Viskometer Stromer.
- Masukkan emulsi kedalam beaker glass.
- Pasang alat viskometer Stromer dan masukkan spindle dalam emulsi.
- Pilih pengatur kecepatan, amati jarum penunjuk pada saat konstan.
- Catat angka yang ditunjuk jarum, hitung viskositasnya.
- Hasil pembacaan dikali faktor pencari
6 Uji Tipe Emulsi
- Pendispersian dengan pelarut (air)
- Tambahkan sampel dengan air
- Penafsiran hasil : dapat diencerkan dengan air atau tidak
7. Uji dispersi zat warna
- Masukkan emulsi ke dalam vial, kemudian tetesi dengan beberapa tetes larutan metilen blue, amati disperse warna dalam emulsi.
- Masukkan 25 mL emulsi kedalam gelas piala, hubungkan dengan rangkaian arus listrik.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Hasil
Hasil Evaluasi Uji Emulsi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Uji pemerian
Warna : putih susu
Rasa : pahit
Bau : amis minyak anisi
Pemeriksaan BJ
W pikno = 12,87 gr
W pikno+air = 26,51 gr
W pikno+emulsi = 26,54 gr
* W pikno+air = 26,51 gr
W pikno = 12,87 gr -
W air = 13,64 gr
* Vair = W air/ρ air = 13,64 gr/0,997 = 13, 681 mL
* W pikno+emulsi = 26,54 gr
W pikno = 12,87 gr -
W emulsi = 13,67 gr
* ρ emulsi = W emulsi/W air = 13,67 gr/13,64 gr = 1,0022
* BJ emulsi = ρ emulsi/ρ air = 1,0022/0,997 = 1,0052
Pemeriksaan pH
pH emulsi yang diracik = 5 (asam lemah)
Volume terpindahkan emulsi
Volume = 47 mL
Uji tipe emulsi (pendispersian dengan pelarut air)
Tipe emulsi = “tipe pelarut air (M/A)”
Pemeriksaan viskositas
Data = 137,0 mPa.s
Percent = 27,4%
Kecepatan = 60 rpm
Perhitungan
Pemeriksaan BJ
Diketahui :
W pikno kosong : 12,87 gr
W pikno + air : 26,51 gr
W pikno + emulsi : 26,54 gr
Ditanya : BJ emulsi ?
Jawab :
W pikno+air = 26,51 gr
W pikno =12,87 gr -
W air =13,64 gr
V air = Wair/ρ air = 13,64 gr/0,997 = 13,681 ml
W pikno+emulsi = 26,54 gr
W pikno =12,87 gr
W emulsi =13,67 gr -
ρ emulsi = W emulsi/W air = 13,67 gr/13,64 gr = 1,0022
berat jenis = ρ emulsi/ρ air = 1,0022/0,997 = 1,0052
Pemeriksaan viskositas
Diketahui :
Data : 137,0 mPa.s
V : 60 Rpm
1 P : 0,1 kg/m.s : 1 g/cm.s
1 Pa.s : 1 kg/m.s : 10 cP
1 cP : 10-3 Pa.s : 1.mPa.S
1 mPa.S: 1 cP
1 poise : 1 dyne.dt.cm-2
1 poise : 100 cP
Ditanya : 137,0 mPa.s = …….cP
Jawab :
1 cP = 1 mPa.s
137 cP = 137 mPa.s
1 poise =100 cP
X =137 cP
137 P = 100 X
X = 137 poise
= 100
X = 1,37 poise = 1,37 dyne.dt.cm-2
1 poise = 0,1 kg/m.s
1,37 poise = X
X = 0,137 kg/m.s
Jadi, 137,0 milipacsal.second (mPa.s) = 137,0 centipoise (cP) = 0,137 kg/m.s = 1,37 dyne.dt.cm -2 .
BAB IV
PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu sediaan cair yang terkenal dengan penggabungan 2 larutan yang mempunyai kelarutan yang berlawanan seperti minyak dan air, sehingga diperlukan sebuah katalis untuk menggabungkannya.
Emulgator merupakan salah satu katalis tersebut yang bertujuan untuk menurunkan tegangan antar muka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan fase terdispersi. Pada percobaan ini digunakan dua emulgator yaitu PGA (diganti dengan Na-CMC) dan tragakan.
Sediaan emulsi yang dibuat merupakan emulsi tipe minyak dalam air atau biasa dikenal dengan (O/W). Sediaan emulsi yang dihasilkan mempunyai warna putih susu dengan bau amis minyak anisi disertai dengan rasa yang pahit (proses uji organoleptis).
Evaluasi sediaan selanjutnya merupakan pemeriksaan BJ, dimana BJ diperoleh pada sediaan emulsi yaitu 1,0052 (Hampir standar dengan literatur).
Kemudiaan pemeriksaan pH yang diperoleh pada sediaan emulsi adalah 5 yang tergolong kedalam asam lemah. Lalu dilakukan evaluasi viskositas dari emulsi menggunakan viskometer Stromer, diperoleh hasil uji viskositas pada sediaan emulsi sebesar 60 cP.
Viskositas ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu emulsi dan kestabilan dari emulsi selama penyimpanan, dimana emulsi yang mempunyai viskositas yang lebih besar tidak mudah mengalami pemisahan antara fase minyak dan fase air selama penyimpanan.
Bobot jenis emulsi dalam literatur sebesar 0,9988 gram/mL, sehingga Bobot jenis emulsi lebih rendah dibandingan dengan bobot jenis air yaitu sekitar 1 gr/mL. Hal itu dikarenakan dalam emulsi mengandung fase minyak yaitu oleum anisi.
Nilai bobot jenis yang dihasilkan dari sediaan emulsi yang kami dapat tidak sesuai dengan literatur, hal itu disebabkan karena adanya kelebihan dalam penambahan aquadest sehingga bobot jenis menjadi lebih besar dari literatur dan terjadinya fase yang tergolong keliru selama pengerjaan.
BAB VKESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh selama praktikum sediaan emulsi dapat disimpulkan yaitu:
1. Uji Organoleptik yang diperoleh pada saat percobaan adalah bentuk sediaan adalah emulsi dengan tipe emulsi yaiu Minyak dalam Air (M/A), mempunyai warna putih susu, mempunyai aroma amis minyak anisi dan mempunyai rasa pahit
2. pH sediaan emulsi adalah 5
3. Bobot jenis sediaan emulsi adalah 1,0052.
4. Pada sediaan emulsi diperoleh viskositas sebasar 60 cP.
5. Volume terpindahkan emulsi adalah 47 ml
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Shukla Jill B, Koli Akshay R, Ranch Ketan M And Parikh Rajesh K. 2010. Self Micro Emulsifying Drug Delivery System. International Journal Of Pharmaceutical Sciences. Vol.1(2). 13-33
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press
Syamsuni. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
DepKes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Posting Komentar untuk "Laporan Praktikum Mengenai Formulasi dan Evaluasi Emulsi | STIKES Borneo Lestari"
Mohon komentar yang positif dan sopan, mari sama-sama kita berdiskusi dengan baik. Please don't spam link, thanks.